21 January, 2011

Dadang S Muchtar Jadi Bintang Film


KARAWANG, RAKA– Apa kabar Dadang S Muchtar? Rupanya setelah tugas pengabdiannya selesai sebagai bupati pada tanggal 16 Desember 2010, ia ‘dipaksa’ turun pangkat militernya dari kolonel menjadi kapten, kendati sudah lama menjalani masa pensiun di TNI Angkatan Darat. Bukan hanya itu, namanya segera akan berubah menjadi Kapten Romli.

“Ini semata-mata saya ingin tetap mengabdi bagi Kabupaten Karawang. Kalau pun sudah tidak jadi bupati lagi, tapi bukan berarti saya harus istirahat membangun daerah yang saya cintai ini. Kesempatan yang diperoleh sekarang bagaimana mengenalkan Karawang di dunia internasional melalui seni budaya. Demi pekerjaan baru ini, saya rela harus jadi kapten dengan rambut dibiarkan gondrong,” ungkap Dadang Muchtar di sela-sela persiapan pekerjaan teranyarnya itu di Balong Center, Rabu (12/1).

Ternyata ia dipilih oleh produser film Sinemasakini Indonesia, Muhamad Rifai, untuk memerankan tokoh Kapten Romli dalam film layar lebar dengan judul film yang sama. Shooting dijadwalkan mulai Maret 2011 di dua tempat, Karawang dan Jogjakarta, sesuai alur cerita dari background film yang disebut sebagai film sejarah bagian dari perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia di era 1948.

“Kita memilih Dadang Muchtar jadi peran utama di film ini karena yang bersangkutan cocok memerankan sosok figur Kapten Romli. Selain itu, Kita mau mengenalkan Dadang Muchtar bukan hanya milik Karawang, tapi juga milik nusantara. Beliau telah diakui banyak kalangan sebagai tentara yang berhasil mengejar karir hingga di dunia politik. Punya karakter dan jiwa pemimpin cukup mumpuni. Makanya ketika kita casting untuk film Kapten Romli, pilihan jatuh ke Dadang Muchtar,” ujar Rifai.

Target pembuatan film ini, kata Rifai, menuju International Film Festival. Sehingga bisa diputar bukan hanya di seluruh nusantara, tapi juga sampai ke berbagai belahan dunia. Dengan demikian, menurutnya, berarti promosi luar biasa bagi sejarah dan kebudayaan Karawang. Tidak hanya sebatas identitas Indonesia di mata internasional.

“Hari ini (kemarin –red) kita berada di Karawang melakukan pendalaman skenario. Sebab kultur budaya yang diangkat adalah Sunda Karawang dan Jawa Jogjakarta, sesuai perjalanan sejarah Kapten Romli. Bahkan pada saat shooting terakhir di sini kita akan coba setting Karawang layaknya Jogjakarta tahun 1950-an. Namun tetap kita juga ada shooting di Jogjakarta. Walau pun lebih banyak di Karawang,” papar Rifai lagi sambil didampingi penulis skenario, Misbach Yusa Biran, tokoh perfilman Indonesia yang suami Nani Wijaya.

Bintang kawakan lain yang telah dipersiapkan tampil di film ini, sebut Rifai, adalah Deddy Mizwar, Eeng Saptahadi, Roy Sahetapy, dan sejumlah bintang senior lainnya yang belum berani diungkapnya. Sedangkan tokoh Kapten Romli yang akan dimainkan Dadang Muchtar, merupakan sosok pejuang asal Karawang yang sangat disegani di angkatannya. Namun karena berpendidikan rendah hingga sosok ini dianggap terlalu polos, bahkan terbilang ‘bodoh’ di kalangan temen-temennya.

Saat ditugaskan ke Jogjakarta, Kapten Romli merasa tidak betah. Kebiasaan disiplin militer yang diterapkan komandannya menjadikan dirinya berontak. Sebab kebiasaan ketika berada di daerah asalnya, Karawang, ia dikenal pula tentara bajidor karena kesukaannya terhadap kesenian dogger. Merasa terkungkung, akhirnya ia kabur dari kesatuannya di Jogjakarta pulang ke kampung halaman. Maka ia dinyatakan tentara desersi hingga dikenai hukuman mati oleh institusinya.

Namun karena punya wibawa luar biasa, regu tembak yang nota bene bawahannya itu tidak ada yang berani satu orang pun mengeksekusi Kapten Romli. Sampai akhirnya ia tetap gugur oleh timah panas senjata yang muntahkan bekas anak buahnya sendiri yang pernah sakit hati terhadapnya ketika sudah berada di Karawang. “Itu sinopsis singkatnya cerita film Kapten Romli yang direncanakan berdurasi 90 menit. Promosi film ini kita didukung 22 televisi lokal dan TVRI, termasuk untuk pencarian pemeran tambahan,” tandas Rifai. (vins)
Diposkan oleh Radar Karawang di 16.00
Kamis, 13 Januari 2011

0 komentar:

Post a Comment