28 March, 2009

Bisnis Tambak Jaring Apung

Penawaran Kerjasama

Anda tertarik dengan bisnis yang satu ini

simak penuturan team reporter kami.

FATNER SHIFT :
Contact Person : ANDI KUSWARA
Call Number : 0813 8344 8247 - 0813 8233 8254
Lokasi : CIRATA - CIANJUR - JAWABARAT



Tambak Jaring Apung………..?

Tambak adalah tempat atau lahan untuk pembudidayaan kehidupan perairan yang produktip dan konsuptip.
Mengapa tambak menjadi penunjang kehidupan perekonomian yang menjadi sipat produktip…?

Karena kehidupan yang semakin bertambahnya suatu kehidupan sosial dan peningatan penduduk yang cepat dan terkikisnya lahan-lahan perairan darat seperti kolam-kolam perkembangbiakan perairan beralih pungsi.

Dimanakah Tambak itu di peruntukan…?
Tambak dperuntukan ditempat mana perairan yang cukup tersedia dan menunjang dari apa yang akan dibudidayakan sesuai dengan kehidupan perairanersebut seperti Laut, atau pesisir laut, Danau atau dimana air cukup tersedia dalam proses rotasi dan sirkulasi kehidupan air.



Tambak Jaring Apung adalah :

Budidaya perairan atau perikanan yang mana tempat penyediannya terletak diatas perairan yang cukup luas dimana budidayanya diatas perairan tersebut yang secara teknis menjadi tingkat produktip.

Budidaya perairan dalam produktipitas konsumen tidak mengalami penurunan yang sangat drastic walaupun mengalami penurunan masih mendapatkan keuntungan,
Oleh sebab itu pembudidayaan perikanan yang dikelola secara tekni berupu tambak jaring apung telah menjadi sorotan untuk lahan produktipitas dalam menunjang ekonomi secara berkala danmenguntungkan.





Teknis Pengenalan dan perlengkapan.

Tambak Perikanan seperti bisa itu dilakukan pada lahan darat yang terbuka dan didukung dengan adanya kapasitas air yang mencukupi. Hanya pengerjaan dilakukan dengan manual yang dibentuk meruai sebuah kolam – kolam untuk penampungan.
Tambak jaring apung yaitu sebuah kolam yang di tempatkan diatas perairan yang secara teknis menggunakan sarana dan prasarana penunjang untuk melakukan penanaman budidaya
perairan.

Tambak jaring apung

Tambak jarring apung terbuat dari bahan bahan sebagai berikut.:

1. Jaring
2. Pelampung ( Drum. Stopoum, )
3. Bambu /Besi
4. Yang menunjang dalam pembuatan Tambak tersebut
5. Papan/kayu
6. Seng atap



Bersambung....

Jual DAIWA CNW-917

Penawaran Jual
Terima kasih sebelumnya atas sambutan baik dari Fan's/pengunjung blog yg sederhana ini. yang mana menginginkan dibuatkannya artikel jual beli, berikut ini kami sampaikan data jual alat komunikasi berupa SWR merek DAIWA yang diburu para breaker, semoga bermanfaat.

Iklan ini sudah kami pasang pula di http://www.olx.co.id/

Description :
SWR Meter merek DAIWA model CNW-917
2 DAN 6 ANTENA TUNER Kondisi 80%
Kabel Coaxial Conector Standard RG8
Harga : 900.000 + Ongkos Kirim

Contact No. : 08815801646 / 081383448247 (Minan Susanto)

Salam,
Admin PESONA

Berikut tampilannya :
http://www.emailcashpro.com

19 March, 2009

FAN'S CLUB PESONA


Nama : Mulyandi
KETUA FAN'S CLUB RADIO PESONA KARAWANG


Ngiring Mejeng ah..!!

RHOMA IRAMA


Profile

Nama asli: Raden Oma Irama
Nama beken: Rhoma Irama
Lahir: Tasikmalaya, 11 Desember 1946
Ayah: Raden Burdah Anggawirya
Ibu: Tuti Juariah
Isteri: Ricca Rachim (11 April 1959)

Pendidikan:
SD Kibono Manggarai Jakarta
SMP Negeri XV Jakarta
SMA Negeri VIII Jakarta (sampai kelas II)
SMA PSKD Jakarta
St Joseph Solo
SMA 17 Agustus Tebet Jakarta
Fakultas Sospol Universitas 17 Agustus

Album:
Berkelana (1978)
Rupiah (1978)
Begadang (1978)
Hak Asasi (1977)
Gitar Tua Oma Irama (1977)
Joget (1975)
Ke Bina Ria (1974)

Filmografi:
Oma Irama Penasaran (1976)
Gitar Tua Oma Irama (1977)
Darah Muda (1977)
Rhoma Irama Berkelana I (1978)
Rhoma Irama Berkelana II (1978)
Begadang (1978)
Raja Dangdut (1978)
Cinta Segitiga (1979)
Camelia (1979)
Perjuangan dan Doa (1980)
Melody Cinta Rhoma Irama (1980)
Badai Diawal Bahagia (1981)
Pengabdian (1984)
Kemilau Cinta di Langit Jingga (1985)
Menggapai Matahari I (1986)
Menggapai Matahari II (1986)
Nada-nada Rindu (1987)
Bunga Desa (1988)
Jaka Swara (1990)
Nada dan Dakwah (1991)
Takbir Biru (1993)

Alamat:
Jalan Pondok Jaya VI/14, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Telepon: 62-21-7192571
E-mail: ricca_rachim@yahoo.com



RHOMA IRAMA

Revolusi Si Raja Dangdut

Rhoma Irama adalah seorang revolusioner dalam dunia musik Indonesia. Demikianlah komentar seorang sosiolog AS dalam tesisnya berjudul Rhoma Irama and the Dangdut Style: Aspect of Contemporary Indonesia Popular Culture, 1985. Komentar ini tidaklah berlebihan mengingat “Raja Dangdut” yang mencanangkan semboyan Voice of Moslem pada 13 Oktober 1973 ini menjadi agen pembaharu musik Melayu yang memadukan unsur musik rock dalam musik melayu serta melakukan improvisasi atas syair, lirik, kostum dan penampilan di atas panggung.


Pengalamannya menyanyikan lagu-lagu India sewaktu masih sekolah dasar, lagu-lagu pop dan rock Barat hingga akhir 1960-an lalu beralih ke musik Melayu, menjadikan lagu dan musik yang dibawakannya di atas panggung lebih dinamis, melodis dan menarik.


Kehidupannya tidak jauh dari terpaan gosip dan komentar pro dan kontra terhadap berbagai sikap yang diambilnya. Katakan saja, fenomena goyangan Inul yang dikecamnya dan dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai agama. Bahkan belum lama ini, sekitar bulan Mei 2003 lalu, ia digosipkan menjalin hubungan ‘istimewa’ dengan artis dangdut, Lely Angraeni (Angel). Menanggapi hal itu, Sang Raja Dangdut yang sudah puluhan tahun merajai belantara dunia artis tetap tenang memberikan penjelasan kepada masyarakat perihal gosip tersebut.


Pria ‘ningrat’ kelahiran Tasikmalaya, 11 Desember 1946 ini merupakan putra kedua dari empat belas bersaudara, delapan laki-laki dan enam perempuan (delapan saudara kandung, empat saudara seibu dan dua saudara bawaan dari ayah tirinya).

Ayahnya, Raden Burdah Anggawirya, seorang komandan gerilyawan Garuda Putih, memberinya nama ‘Irama’ karena bersimpati terhadap grup sandiwara Irama Baru asal Jakarta yang pernah diundangnya untuk menghibur pasukannya di Tasikmalaya. Sebelum pindah ke Tasikmalaya, keluarganya tinggal di Jakarta dan di kota inilah kakaknya, Haji Benny Muharam dilahirkan.



Setelah beberapa tahun tinggal di Tasikmalaya, keluarganya termasuk kakaknya, Haji Benny Muharam, dan adik-adiknya, Handi dan Ance, pindah lagi ke Jakarta lalu tinggal di Jalan Cicarawa, Bukit Duri, kemudian pindah ke Bukit Duri Tanjakan. Di sinilah mereka menghabiskan masa remaja sampai tahun 1971 lalu pindah lagi ke Tebet.


Semenjak kecil Rhoma sudah terlihat bakat seninya. Tangisannya terhenti setiap kali ibundanya, Tuti Juariah menyenandungkan lagu-lagu. Masuk kelas nol, ia sudah mulai menyukai lagu. Minatnya pada lagu semakin besar ketika masuk sekolah dasar. Menginjak kelas 2 SD, ia sudah bisa membawakan lagu-lagu Barat dan India dengan baik. Ia suka menyanyikan lagu No Other Love, kesayangan ibunya, dan lagu Mera Bilye Buchariajaya yang dinyanyikan oleh Lata Maagiskar. Selain itu, ia juga menikmati lagu-lagu Timur Tengah yang dinyanyikan Umm Kaltsum.


Bakat musiknya mungkin berasal dari ayahnya yang fasih memainkan seruling dan menyanyikan lagu-lagu Cianjuran, sebuah kesenian khas Sunda. Selain itu, pamannya yang bernama Arifin Ganda suka mengajarinya lagu-lagu Jepang ketika Rhoma masih kecil.


Karena usia Rhoma dengan kakaknya Benny tidak berbeda jauh, mereka selalu kompak dan pergi berdua-duaan. Berbeda dengan kakaknya yang lebih sering malas ikut mengaji di surau atau rumah kyai, Rhoma selalu mengikuti pengajian dengan tekun. Setiap kali ayah ibunya bertanya apakah kakaknya ikut mengaji, Rhoma selalu menjawab ya. Ke sekolahpun mereka berangkat bersama-sama. Dengan berboncengan sepeda, keduanya berangkat dan pulang ke sekolah di SD Kibono, Manggarai.


Di bangku SD, bakat menyanyi Rhoma semakin kelihatan. Rhoma adalah murid yang paling rajin bila disuruh maju ke depan kelas untuk menyanyi. Dan uniknya, Rhoma tidak sama dengan murid-murid lain yang suka malu-malu di depan kelas. Rhoma menyanyi dengan suara keras hingga terdengar sampai ke kelas-kelas lain. Perhatian murid-murid semakin besar karena Rhoma tidak menyanyikan lagu anak-anak atau lagu kebangsaan, melainkan lagu-lagu India.


Bakatnya sebagai penyanyi mendapat perhatian penyanyi senior, Bing Slamet karena melihat penampilan Rhoma yang mengesankan ketika menyanyikan sebuah lagu Barat dalam acara pesta di sekolahnya. Suatu hari ketika Rhoma masih duduk di kelas 4, Bing membawanya tampil dalam sebuah show di Gedung SBKA (Serikat Buruh Kereta Api) di Manggarai. Ini merupakan pengalaman yang membanggakan bagi Rhoma.



Sejak itu, meski belum berpikir untuk menjadi penyanyi, Rhoma sudah tidak terpisahkan lagi dari musik. Dengan usaha sendiri, ia belajar memainkan gitar hingga mahir. Karena saking tergila-gilanya dengan gitar, Rhoma sering membuat ibunya marah besar. Setiap kali ia pulang sekolah, yang pertama dia cari adalah gitar. Begitu pula setiap kali ia keluar rumah, gitar hampir selalu ia bawa.


Pernah suatu kali, ibunya menyuruh Rhoma menjaga adiknya, tetapi Rhoma lebih suka memilih bermain gitar. Akibat ulahnya itu, ibunya merampas gitarnya lalu melemparkannya ke arah pohon jambu hingga pecah. Kejadian itu membuat sedih Rhoma karena gitar adalah teman nomor satu baginya.


Dalam perkembangannya dalam mendalami musik, Rhoma mulai menyadari bahwa meskipun ayah dan ibunya - pasangan berdarah ningrat - adalah penggemar musik, mereka tetap menganggap dunia musik bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan atau dijadikan sebuah profesi. Ibunya sering meneriakkan ‘berisik’ setiap kali ia menyanyi dan beranggapan bahwa musik akan menghambat sekolahnya. Kenyataan ini membuat bakat musik Rhoma justru semakin berkembang dari luar rumah karena di dalam rumah ia kurang mendapat dukungan.


Sewaktu Rhoma masih kelas 5 SD tahun 1958, ayahnya meninggal dunia. Sang ayah meninggalkan delapan anak, yaitu, Benny, Rhoma, Handi, Ance, Dedi, Eni, Herry, dan Yayang. Ketika kakaknya, Benny masih duduk di kelas 1 SMP, ibunya menikah lagi dengan seorang perwira ABRI, Raden Soma Wijaya, yang masih ada hubungan famili dan juga berdarah ningrat. Ayah tirinya ini membawa dua anak dari istrinya yang terdahulu dan setelah menikah dengan Ibu Rhoma, sang ibu melahirkan dua anak lagi.


Ketika ayah kandungnya masih hidup, suasana di rumahnya feodal. Sehari-hari ayah dan ibunya berbicara dengan bahasa Belanda. Segalanya harus serba teratur dan menggunakan tata krama tertentu. Para pembantu harus memanggil anak-anak dengan sebutan Den (raden). Anak-anak harus tidur siang dan makan bersama-sama. Ayahnya juga tak segan-segan menghukum mereka dengan pukulan jika dianggap melakukan kesalahan, misalnya bermain hujan atau membolos sekolah.


Keadaan keluarga Rhoma di Tebet waktu itu memang tergolong cukup kaya bila dibandingkan dengan masyarakat sekitar. Rumahnya mentereng dan mereka memiliki beberapa mobil seperti Impala, mobil yang tergolong mewah di zaman itu. Rhoma juga selalu berpakaian bagus dan mahal.


Namun, suasana feodal itu tidak lagi kental setelah ayah tiri-nya hadir di tengah-tengah keluarga mereka. Bahkan dari ayah tiri inilah, di samping pamannya, Rhoma mendapat 'angin' untuk menyalurkan bakat musiknya. Secara bertahap ayah tirinya membelikan alat-alat musik akustik berupa gitar, bongo, dan sebagainya.


Dunia Rhoma di masa kanak-kanak rupanya bukan hanya dunia musik. Rhoma juga suka adu jotos dengan anak-anak lain. Lingkungan pergaulannya ketika itu tergolong keras. Anak-anak saat itu cenderung mengelompok dalam geng, dan satu geng dengan geng lainnya saling bermusuhan, atau setidaknya saling bersaing. Dengan demikian, perkelahian antar geng sering tak terhindarkan.


Di Bukitduri tempat tinggalnya, hampir setiap kampung di daerah itu terdapat geng (kelompok anak muda). Di Bukitduri ada BBC (Bukit Duri Boys Club), di Kenari ada Kenari Boys, Cobra Boys, dan sebagainya. Dari Bukitduri Puteran, dan dari Manggarai banyak anak muda yang bergabung dengan Geng Cobra. Geng-geng ini saling bermusuhan sehingga keributan selalu hampir terjadi setiap kali mereka bertemu.


Satu hal yang cukup menonjol pada diri Rhoma adalah teman-temannya hampir selalu menjadikan Rhoma sebagai pemimpin. Tentu saja, bila gengnya bentrok dengan geng lain, Rhomalah yang diharapkan tampil paling depan, untuk berkelahi. Meskipun pernah menang beberapa kali, Rhoma juga sering mengalami babak belur, bahkan pernah luka cukup parah karena dikeroyok 15 anak di daerah Megaria.


Ketika ia masuk SMP, tempat-tempat berlatih silat semakin marak. Tetapi, bagi Rhoma, ilmu bela diri nasional ini tidaklah asing, karena sejak kecil ia sudah mendapat latihan dari ayahnya dan beberapa guru silat lainnya. Rhoma pernah belajar silat Cingkrik (paduan silat Betawi dan Cimande) pada Pak Rohimin di Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Rhoma juga pernah belajar silat Sigundel di Jalan talang, selain beberapa ilmu silat yang lain. Bila terjadi perkelahian antar geng, para anggota geng saling menjajal ilmu silat yang telah mereka pelajari.


Karena kebandelannya itulah maka Rhoma beberapa kali harus tinggal kelas, sehingga karena malu maka ia acapkali berpindah sekolah. Kelas Tiga SMP dijalaninya di Medan. Ketika itu ia dititipkan di rumah pamannya. Tapi, tak berapa lama kemudian ia sudah pindah lagi ke SMP Negeri XV Jakarta.


Kenakalan Rhoma terus berlanjut hingga bangku SMA. Sewaktu bersekolah di SMA Negeri VIII Jakarta, ia pernah kabur dari kelas lewat jendela karena ingin bermain musik dengan teman-temannya yang sudah menunggunya di luar. Kegandrungannya pada musik dan berkelahi di luar dan dalam sekolah membuatnya acapkali keluar masuk sekolah SMA. Selain di SMA Negeri VIII Jakarta, ia juga pernah tercatat sebagai siswa di SMA PSKD Jakarta, St Joseph di Solo, dan akhirnya ia menetap di SMA 17 Agustus Tebet, Jakarta, tak jauh dari rumahnya.


Di masa SMA lah Rhoma sempat melewati masa-masa sangat pahit. Ia terpaksa menjadi pengamen di jalanan Kota Solo. Di sana dia ditampung di rumah seorang pengamen bernama Mas Gito. Sebenarnya, sebelum ‘terdampar’ di Solo, ia berniat hendak belajar agama di Pesantren Tebuireng Jombang. Namun, karena tidak membeli karcis, Rhoma, Benny kakaknya, dan tiga orang temannya, Daeng, Umar, dan Haris harus main kucing-kucingan dengan kondektur selama dalam perjalanan. Daripada terus gelisah karena takut ketahuan lalu diturunkan di tempat sepi, mereka akhirnya memilih turun di Stasiun Tugu Jogja. Dari Jogja, mereka naik kereta lagi menuju Solo.


Di Solo, Rhoma melanjutkan sekolahnya di SMA St. Joseph. Biaya sekolah diperolehnya dari mengamen dan menjual beberapa potong pakaian yang dibawanya dari Jakarta. Namun, karena di Solo sekolahnya tidak lulus, Rhoma harus pulang ke Jakarta dan melanjutkan sekolah di SMA 17 Agustus sampai akhirnya lulus tahun 1964. Ia kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Sosial Politik Universitas 17 Agustus, tapi hanya bertahan satu tahun karena ketertarikan Rhoma kepada dunia musik sudah terlampau besar.


Pada tahun tujuh puluhan, Rhoma sudah menjadi penyanyi dan musisi ternama setelah jatuh bangun dalam mendirikan band musik, mulai dari band Gayhand tahun 1963. Tak lama kemudian, ia pindah masuk Orkes Chandra Leka, sampai akhirnya membentuk band sendiri bernama Soneta yang sejak 13 Oktober 1973 mulai berkibar. Bersama grup Soneta yang dipimpinnya, Rhoma tercatat pernah memperoleh 11 Golden Record dari kaset-kasetnya.


Tahun 1972, ia menikahi Veronica yang kemudian memberinya tiga orang anak, Debby (31), Fikri (27) dan Romy (26). Tetapi sayang, Rhoma akhirnya bercerai dengan Veronica bulan Mei 1985 setelah sekitar setahun sebelumnya Rhoma menikahi Ricca Rachim - partner-nya dalam beberapa film seperti Melodi Cinta, Badai di Awal Bahagia, Camellia, Cinta Segitiga, Melodi Cinta, Pengabdian, Pengorbanan, dan Satria Bergitar. Hingga sekarang, Ricca tetap mendampingi Rhoma sebagai istri.


Kesuksesannya di dunia musik dan dunia seni peran membuat Rhoma sempat mendirikan perusahaan film Rhoma Irama Film Production yang berhasil memproduksi film, di antaranya Perjuangan dan Doa (1980) serta Cinta Kembar (1984).


Kini, Rhoma yang biasa dipanggil Pak Haji ini, banyak mengisi waktunya dengan berdakwah baik lewat musik maupun ceramah-ceramah di televisi hingga ke penjuru nusantara. Dengan semangat dan gaya khasnya, Rhoma yang menjadikan grup Soneta sebagai Sound of Moslem terus giat meluaskan syiar agama.









10 March, 2009

Ratu Dangdut



Biografi :

Elvi Sukaesih adalah penyanyi dangdut legendaris, dan mendapat julukan sebagai Ratu Dangdut-nya Indonesia. Elvi yang lahir di Jakarta, 25 Juni 1951 itu, mulai menyanyi sejak di kelas 3 Sekolah Dasar (SD), disusul kemudian penampilannya sebagai bintang di sejumlah film layar lebar.

Kariernya mulai menanjak pada awal tahun 1970-an ketika menjadi penyanyi pendamping bagi Raja Dangdut, Rhoma Irama untuk Orkes Melayu (OM) Soneta. Namun demikian Elvi sebelumnya telah popular dalam pentas panggung.

Sekitar 1975 pelantun lagu Bisik-bisik Tetangga ini berpisah dari Soneta dan memilih jalur solo karir hingga saat ini.

Sementara terkait kehidupan pribadinya, Elvi menikah dengan pemuda keturunan Arab, Zaidun Zeth di saat usianya muda.


Elvy Sukaesih bagi-bagi resep sukses

SINGGASANA Kerajaan Dangdut bukan saja belum menggoyahkan sang Raja, Rhoma Irama, melainkan juga Ratu-nya, Elvy Sukaesih. Dua sejoli yang lama berpisah ini masih dipilih untuk tampil pada event-event istimewa, seperti pergantian tahun.

Dalam menyambut datangnya tahun baru 2003 lalu, misalnya, ketika Raja
dangdut Rhoma Irama tampil di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Sang Ratu dangdut Elvy Sukaesih mendapat job di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.
Penyanyi 56 tahun, kelahiran Jakarta, 25 Juni 1951 ini, kini semakin giat mendekatkan diri kepada Allah setelah kehilangan suami tercintanya, 2003 lalu. “Rasa kehilangan itu masih terasa, bukan masih hangat lagi, tapi masih panas,” kata artis yang senang dipanggil Ummi Elvy ini.
Bayangan suaminya memang masih melekat, karena biasanya, sehabis show,
suaminya akan memberikan penilaian, berdiskusi, sholat bersama, menciumnya, dan memberikan pujian sekadarnya, yang justru menambah keyakinan Elvy dalam berkarier. “Apa yang saya lakukan ini pun dalam doa dia,” kata Elvy, yang mengaku masih sering menangis kalau berada di rumah.



Peraih penghargaan Anugerah Dangdut TPI 2002 sebagai penyanyi rekaman lagu dangdut wanita terbaik, lewat lagu yang diciptakan Chossy Pratama, Mimpi Indah ini mengharapkan, mengharapkan perkembangan musik dangdut nantinya tetap berpegang pada pure dangdut.
“Hanya saja, karena sekarang ini banyak pembajak, makanya banyak pencipta lagu yang malas membuat lagu baru. Akibatnya produser memakai apa saja yang ada. Dapat dikatakan lagu dangdut terbaru sekarang ini hanya Goyang Dombret saja,” ujar Elvy Sukaesih, yang merintis karis nyanyi sejak klas SD dan kini memiliki berat badan 57 kilogram.

Berbeda dengan Fitria, salahsatu pewaris darah artisnya, Elvy terus menekuni dunia dangdut. Dan dia tidak pernah menganggap enteng lagu baru yang dinyanyikannya. “Semua yang saya capai ini adalah rahmat Allah dan atas seizin Allah, “ katanya merendah.
Tentang resep suksesnya sebagai artis penyanyi yang menggetarkan dan eksis di antara banjirnya wajah baru, Elvy mengungkapkan salahsatunya: “Saya tidak pernah menganggap enteng pada lagu yang baru saya terima. Semuanya saya pelajari dengan sungguh-sungguh,” katanya.


Nama : Elvy Sukaesih Kelahiran : Jakarta, 25 Juni 1951 Suami: Zaidun Zeth Anak : 6 orang (Haedar, Fitri, Ali Zaenal Abidin, Syechans, Wirdha Sylvina dan Dhawiya) Orangtua : Mohammad Ali / Rohayah Asiah Pendidikan: - SD - SMP Srikandi, Jakarta (1964) Karier : Penyanyi Dangdut , pemain film . Organisasi: Ketua Ikatan Artis Dangdut Indonesia (IKARDI) Film : Karena Penasaran, Tuyul, Irama Cinta, Senggol, Senggolan, Cubit-Cubitan, Mana Tahan



08 March, 2009

Event Gerak Jalan Santai

From EVENT 17AN
Selain pendaftaran yang di lakukan oleh para ketua RT dilapangan juga menerima pendaftaran secara langsung ditempat, karena antusiasnya peserta akan acara ini.
From EVENT 17AN
Acara ini didukung juga oleh produsen rokok BETHA
From EVENT 17AN
Peserta Gerak jalan santai diIkuti oleh semua Usia
From EVENT 17AN
Pelepasan Start Oleh Bpk Camat Karawang didampingi Bpk Lurah Tanjungpura
From EVENT 17AN
Pangung hiburan menyambut peserta gerak jalan santai telah Finish
From EVENT 17AN
Pembagian hadiah oleh Bpk Lurah Tanjungpura
From EVENT 17AN
Penyerahan Hadiah dari SMART Telekom Oleh Bapak Lurah Tanjungpura
From EVENT 17AN
Penyerahan Hadiah dari SMART Telekom Oleh Bapak Crew Radio PESONA
From EVENT 17AN
Beberapa hadiah menarik yang diadakan oleh Panitia diantaranya : Lemari Es, TV 21 Inch, Sepeda, Kipas Angin, Dispenser, dan Mercendise lainnya.

06 March, 2009

Hebat. Hemat. SMART

From Drop Box

Penawaran Paket Smart secara lengkap dengan Harga yang terjangkau
Diantaranya :
Haier D1200P Rp. 333.000 Jagonya Internetan + 12000 Sms kesemua operator
Haier D1100 Rp. 189.000 12000 Sms kesemua operator
ZTE X177 Rp. 179.000 12000 Sms kesemua operator

From Drop Box

Program SMS sepuasnya ke Malaysia dengan Rp. 5.000

KEUNGGULAN PRODUK TIANSHI


Tianshi Group adalah sebuah perusahaan multinasional bidang bio technology, berusaha mengadopsi prinsip pengobatan cina dengan teknologi modern, yaitu dengan meneliti ramuan-ramuan obat Cina dan memproses serta mengemasnya menjadi produk nutrisi modern. Untuk kepentingan tersebut, Tianshi Group menginvestasikan jutaan dolar untuk penelitian dengan melibatkan tabib tradisional Cina, dokter dan ilmuwan modern terbaik, dan membeli lelang atas berbagai ramuan, dan mempatenkannya di berbagai negara. Hasilnya, produk kesehatan yang revolusioner (John Hellerman, ahli gizi dunia). Berbagai penghargaan dan pengakuan diterima oleh produk Tianshi dan Tianshi dinobatkan sebagai basis riset nasional untuk industri kesehatan di Cina yang merupakan pusat ramuan tradisional di dunia.

SOBAT BARU KAMU

 

 

 


SOBAT BARU KAMU
Udah nggak jamannya harus ngeluarin uang cuman untuk nelpon. Dengan Fren SOBAT, nelpon bisa bayar pake daun! Masih belum cukup? selain GRATIS nelpon sepuasnya setiap hari 24 jam ke semua Fren di Indonesia, masih banyak keuntungan lain yang nggak bakalan kamu dapetin di tempat lain.