28 July, 2010

Kronologis Bocornya Video Mesum Ariel


JAKARTA - Ariel dan RJ sudah saling kenal sejak 2005. Sebagai editor musik, RJ memang menjadi orang yang leluasa memiliki kesempatan mencuri file-file dari laptop Ariel.

RJ merupakan orang yang sering dimintai tolong untuk mengedit lagu-lagu Peterpan yang kebanyakan diciptakan Ariel.

"Ariel sebenarnya sudah memperingatkan RJ agar tidak mengutak-atik file-file di laptopnya, selain lagu-lagu Peterpan yang akan diedit," ujar penyidik Mabes Polri yang enggan disebutkan namanya saat ditemui wartawan, Selasa (27/7/2010).

Namun kesempatan tersebut tetap dimanfaatkan RJ untuk mengambil file video tersebut, tanpa sepengetahuan Ariel. Lalu file tersebut diperlihatkan RJ kepada keponakannya yang berinisial A.

Namun RJ tidak memberikan (video) ke A. RJ juga sudah memperingatkan A, yakni melakukan hal yang sama yang dilakukan Ariel kepada dirinya dengan memperingatkan A agar tidak mengambil video porno itu.

"Tapi A tak mendengarkannya, karena itu A kemudian mencurinya," imbuh penyidik.

Dia memaparkan dari A, video tersebut berpindah tangan ke seorang pria berinisial A juga. A juga mencurinya secara diam-diam dan memasukkannya ke dalam flashdisknya.

"A kemudian meminjamkan flashdisknya yang berisi file video porno Ariel itu kepada teman-temannya, tiga mahasiswa sebuah perguruan tinggi negeri di Sumedang, Jawa Barat berinisial DP, RF dan AE," paparnya.

Melihat file video tersebut, ketiga mahasiswa ini pun ikut menyalin file. Sudah pasti, ketiganya menyalin tanpa izin Andes.

"Mereka (tiga mahasiswa) yang mengedit video Ariel menjadi dua file seperti yang kita lihat sekarang. Ada 30 file video berdurasi singkat yang dicuri oleh tiga mahasiswa itu," kata dia.

Ketiga mahasiswa tersebut pun mengedit video untuk jadi satu kesatuan video yang utuh. Lalu video tersebut pun disebar ke masyarakat dalam bentuk tiga file, dua file video Luna Maya, dan satu file lagi Ariel dan Cut Tari.

"Ketiganya sudah mengaku sebagai orang yang mengedit video Ariel itu dan menyebarkannya ke internet," pungkasnya.

26 July, 2010

Darso



Oleh Cornelius Helmy

Selama lebih dari 45 tahun, Hendarso setia membawakan alunan musik calung, alat musik dari bambu, yang kemudian dipadukannya dengan dangdut dan pop. Lagu-lagunya berlirik bahasa Sunda. Sebagian orang menyebut dia sebagai Michael Darso Si Raja Pop Sunda, mengacu pada raja pop dunia Michael Jackson.

Ditemui di rumahnya di Kampung Cirateun, Lembang, Bandung Barat, Darso, panggilannya, bercerita mengenai albumnya yang sudah sekitar 300 judul. Albumnya itu ada yang direkam di studio, ada pula yang direkam sewaktu dia bernyanyi di panggung.

”Katanya, semuanya (album Darso) laku. Saya tak tahu persis karena tidak terlalu peduli hal itu,” ujar Darso, yang saat itu baru pulang setelah tampil di daerah Banjaran, Kabupaten Bandung.

Meski usianya tak lagi muda, Darso bisa dikatakan tak pernah menolak permintaan untuk pentas. Dia menganggap permintaan masyarakat itu sebagai rezeki yang tidak boleh ditolak. Sampai sekarang pun dia masih laris ditanggap di berbagai daerah di wilayah Jawa Barat, antara empat dan lima kali dalam seminggu.

Untuk memenuhi permintaan naik panggung itu, Darso mengaku lelah secara fisik. Tetapi, rasa lelah itu seakan hilang ketika dia melihat penonton senang dengan aksi panggungnya yang bak ”cacing kepanasan”.

Rasa puas dan senang itu pula yang membuat Darso rela tidak dibayar jika permintaan naik panggung itu datang dari orang tak mampu. Asal jujur, ia tak menargetkan bayaran. Ia pernah manggung di rumah seorang penjual es di Kabupaten Bandung.

”Bagi saya, doa orang banyak itu lebih berharga ketimbang uang berlimpah. Rame tah imah maranehna gara-gara urang datang,” ujarnya.

Akan tetapi, tak jarang kebaikan Darso disalahgunakan. Dia pernah ditipu pengundang yang mengaku tidak mampu, tetapi belakangan diketahui ternyata anggota DPRD. ”Saya tidak marah, tetapi sangat malu kepada teman satu grup,” ucapnya.

Pemain bas

Kiprah Darso dimulai pada tahun 1962 sebagai pemain bas grup Nada Karya dan Nada Kencana. Ia sempat bergabung dengan band milik Pusat Persenjataan Kavaleri Bandung. Namun, kariernya di dunia pop terhenti. Ia terkena imbas peristiwa G30S/PKI.

Tahun 1968, saat suasana politik membaik, ia kembali tampil dengan rasa berbeda. Kali ini ia bersama sang kakak, Uko Hendarso. Alat musik calung digunakan sebagai instrumen utama. Ia menggunakan calung sebagai pengiring lagu sambil menyusuri jalan-jalan Kota Bandung. Salah satu lagu yang diminati warga kala itu adalah ”Kiamat”.

”Dulu, tak ada yang menggunakan calung sebagai pengiring lagu. Calung hanya didengarkan bunyinya, tanpa lagu,” ujarnya.

Tampilan musik calung Darso bersama grup Calung Uko Hendarto menarik minat pemerhati musik S Hidayat. Dia lalu membawa Darso tampil di Radio Republik Indonesia (RRI). Bersama grup Baskara Saba Desa, suara Darso didengar banyak orang.

”Di RRI saya mulai rekaman yang pertama. Judulnya Volume 1 bersama grup Layung Sari iringan Ali Wijaya. Lagunya karya Koko Koswara dan Uko Hendarto,” ujarnya.

Sampai tahun 1978, ia punya grup sendiri, Calung Darso. Di bawah bendera Asmara Record, ia merekam suara di atas pita kaset. Saking tenarnya, Darso bisa merekam musik calung dalam empat-lima kaset per tahun. Lirik lagunya bertema keseharian, kritik sosial, dan tembang cinta. Beberapa yang populer ”Kembang Tanjung”, ”Cangkurileung”, dan ”Panineungan”.

Masuk periode tahun 1990 namanya semakin berkibar setelah TVRI pun menampilkannya. Darso lalu menyertakan instrumen baru, seperti organ, terompet, dan dangdut. Tujuannya menyenangkan hati penonton.

Karyanya kemudian menjadi ”lagu wajib” pop Sunda. Lagu seperti ”Randa Geulis”, ”Maribaya”, ”Amparan Sajadah”, dan ”Kabogoh Jauh” sering dilantunkan penyanyi masa kini.



”Saya tak mengubah musik calung, tetapi menyesuaikan dengan keinginan masyarakat tanpa menghilangkan unsur tradisional. Masyarakat senang, kesenian tradisi terjaga,” ucapnya.

Perhatian pemerintah

Di panggung, Darso tampil beda, seperti memakai setelan jas. Bila mengikuti pakem, pagelaran calung harus menggunakan baju pangsi dan celana kampret. Namun, ia tak peduli. Dia tak pernah mengubah penampilannya.

Ia bahkan pernah memadupadankan baju dan celana hitam yang dilukis tokoh kartun Mickey Mouse dengan sarung. Pada kesempatan lain, ia tampil percaya diri dengan jas bermotif tribal dan membuka panggung sambil menunggang kuda.

Penampilan fenomenalnya adalah saat dia muncul mirip Michael Jackson dengan rambut gondrong, kacamata hitam, dan bertopi. Ia juga kerap menjulurkan lidah kala menyanyi. Banyak orang berpendapat, gaya Darso itu ”kampungan”. Tetapi, gaya itulah yang mengangkat namanya.

”Ah teuing mah. Eta mah barudak nu ngomong. Urang ngarasa ngeunah we siga kitu mah (Ah tak tahu. Itu penonton yang bilang. Saya hanya merasa nyaman dandan seperti itu),” ujarnya.

Meski namanya relatif populer di kalangan masyarakat Jabar, Darso tak mau berubah. Ia ingin selalu dekat dengan masyarakat. Itu dibuktikan saat dia membantu menjajakan buah di Pasar Baru hingga membantu penjaja jagung di kawasan Pasteur.

Darso tetaplah pribadi yang tak suka formalitas. Ia tak mau dikawal dan selalu melayani permintaan foto penggemarnya. Sikap rendah hatinya itu membuat dia juga disebut Pak Haji meski Darso belum menunaikan ibadah haji.

”Nyawa aing siganamah tereh beak lamun difotoan wae. Tapi sakali deu urang mah resep mun ningali nu lain senang (Nyawa saya cepat habis kalau difoto terus.... Tetapi, sekali lagi, saya ikut bahagia kalau melihat orang lain senang),” ujarnya.

Di balik gaya yang nyeleneh, Darso tetap menyimpan harapan. Salah satunya, ia prihatin dengan perhatian pemerintah terhadap musik tradisional. Pemerintah hanya bicara soal melestarikan kesenian daerah, tetapi tak banyak hal yang dilakukan untuk mewujudkannya.

Darso juga berharap seniman calung atau pop Sunda yang berusia muda tak berhenti hanya meniru gayanya. Sebaiknya mereka juga bisa menemukan jati diri dan mensyukuri apa yang telah didapatkan. Dia tetap percaya, bila kita melakukan pekerjaan itu dengan hati, termasuk menyanyi, pasti akan menuai sukses.

”Kata orang, suara saya bagus dan harus ditiru. Tetapi, semua ini bukan milik saya, melainkan milik Tuhan. Kalau mau, mungkin sekarang suara ini bisa dibuat-Nya rusak,” kata Darso mengingatkan.

HENDARSO ALIAS DARSO

• Lahir: Bandung, 12 Agustus 1945

• Istri: - Epong, meninggal dunia - Lina Marlina

• Anak: - Erik Kristian (10) - Ira Marselina (7) - Reihan (1,5)

• Penghargaan: - Anugerah Jabar Music Award 2005 - Anugerah Budaya Kota Bandung 2009

04 July, 2010

Trio Macan Daur Ulang Lagu Wali


JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah mengukuhkan kembali sebagai Trio Macan, tiga cewek, yakni Iva, Dian, dan Lia Amelia, mengaku siap untuk menggarap album.

Kini, bersama pihak manajemen, mereka tengah membuat konsep untuk album kelima. Konsep utama yang bakal disajikan masih mengusung dangdut, tetapi aransemen musiknya dibuat lebih modern.

Menurut Dian dan Iva, lagu-lagu yang bakal jadi jagoan masih mengandalkan lagu-lagu lama yang didaur ulang. "Ya, kami masih akan menyanyikan lagu-lagu dari sejumlah pencipta dan band yang bakal didaur ulang. Semua disesuaikan dengan gaya dan karakter dangdut kami," kata Dian di sela-sela persiapan uji materi lagu di kantor rekaman Nagaswara, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (30/6/2010).

Lagu-lagu yang bakal dinyanyikan dan siap didaur ulang antara lain ciptaan band Wali dan Zevilla. Dipastikan ada tiga sampai empat lagu dari dua band itu yang bakal dinyanyikan dan jadi lagu jagoan dalam album terbaru Trio Macan.

Lantas apakah masih akan terus menjagokan lagu-lagu daur ulang atau sudah bikin lagu sendiri? Iva mengungkapkan bahwa sampai saat ini mereka memang belum menciptakan lagu sendiri. Namun, wanita bertubuh sintal ini yakin suatu saat nanti mereka punya lagu andalan hasil karya sendiri.

"Mungkin memang sekarang ini rezeki kami masih untuk nyanyi lagu daur ulang. Cuma, sebenarnya ada sejumlah lagu yang diciptakan baru. Ya, tentu harus ada karya sendiri, biar lebih membanggakan," kata Iva. (Warkot)

Cici Paramida Ungkapkan Perasaan Hati


JAKARTA, KOMPAS.com — Penyanyi dangdut Cici Paramida (37) baru meluncurkan lagu yang dia ciptakan sendiri. Lagu berjudul ”Cinta Dibuat-buat” tersebut dirilis dalam dua versi, dangdut dan pop. Lagu yang diaransemen Dwiki Dharmawan itu merupakan ungkapan perasaannya.

”Lagu itu bukan curahan hati saya, tetapi perasaan hati,” ujar Cici, Minggu (27/6/2010) di Kota Kediri, Jawa Timur.

Dia bercerita, tidak memerlukan waktu lama untuk menuliskan lirik lagu dan menemukan nada yang tepat. Pekerjaan itu semakin mudah setelah dia dibantu sang adik. Cici bakal meluncurkan lagu itu dalam album kompilasi bersama teman-teman.

”Awalnya saya tidak terpikir membikin lagu. Tiba-tiba saya tertarik setelah melihat album kompilasi teman-teman. Saya iseng saja menulis sambil memikirkan notasinya. Lalu saya serahkan hasilnya kepada adik saya,” katanya.

Pada kesempatan itu, Cici sempat menyanyikan refrein dari lagu ”Cinta Dibuat-buat” tersebut.

Cici datang ke Kediri untuk mengisi panggung gembira yang diselenggarakan berkaitan dengan pesta ulang tahun perusahaan rokok terbesar di Kediri. Dia tampil di hadapan ribuan penonton, yang sebagian besar merupakan buruh linting pabrik rokok itu. (NIK)

Hello Dangdut

02 July, 2010

Sinar Dunia Creative


Perlunya APE (Alat Permainan Edukatif) dalam memudahkan Proses Belajar AnakProses belajar akan lebih efektif saat seluruh modalitas digunakan. Modalitas pendengaran, visual dan raba-gerak. Di saat seseorang memperoleh informasi yang hadir dalam bentuk kata-kata yang ia dengar, petunjuk dan gambar yang ia baca/lihat, serta adanya aktivitas praktek, maka penyerapan dan pemahaman informasi tersebut akan lebih baik lagi.

Itulah sebabnya dalam setiap pengajaran dibutuhkan alat bantu pengajaran, atau biasa lebih dikenal dengan sebutan Alat Permainan Edukatif (APE). Dengan adanya APE, proses belajar berlangsung lebih menyenangkan. Proses belajar yang menyenangkan membuat anak merasa dirinya senang dan mampu belajar. Tentunya konsep diri positif ini sangat diidam-idamkan oleh seluruh orang tua.

Harapan saya sebagai Product Advisor adalah agar APE dari Sinar Dunia Creative dapat semakin dikenal oleh masyarakat luas, membekali orang tua dan guru dari berbagai lapisan masyarakat untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia. Salam...

(Ike R.Sugianto,Psi - Psikolog Anak & Remaja, Pembicara Seminar, Penulis)

Untuk Selengkapnya silahkan kunjungi : Disini